Beberapa hari ini sepertinya banyak akitivitas yang menyedot waktu
saya hampir lebih dari 12 jam dalam hitungan 24 jam sehari. Hampir-hampir tiap
hari berangkat jam 07.30 dan nyampe kost jam 21.00. (**dan berasa jadi
mahasiswa lagi ketika masih dikampus dengan seabrek agenda)
Dan ini lah yang justru membuat saya senang ketika saya
pulang dimalam hari saya benar-benar bisa menikmati perjalanan dari tembalang –
banyumanik. Bukan untuk bernostalgia bukan…bukan juga untuk mengamati dan
merekam setiap sudut dari kota tembalang…karena toh saya pun tak tahu kapan
bisa move dari kota kecil ini (#ehh)
Tetapi
Yang saya sukai adalah mengamati satu persatu dari setiap
penjual makanan atau pun toko atau pun pedagang yang ada disepanjang jalan
tembalang-banyumanik. Karena yang saya tahu selama saya disemarang lebih dari 5
tahun, banyak orang yang bilang kalautembalang adalah salah tempat surganya
makanan disemarang.
Ehmmm….
Memang bener juga sih…coba deh sesekali kalian hitung setiap
penjual yang ada disepanjang jalan ditembalang-kampus Undip. Kalian mau nyoba
makanan dengan kantong pas pasan ato kantong berlebihan semua nya sudah
tersedia. Dan salah satu penjual yang menjamur disana adalah penjual makanan
penyet. Dan jujur sebenarnya makanan yg namanya penyet ini baru saya kenal
setelah saya disemarang.
Dannn
Ini lah yang membuat saya sering merenung ketika menelususri
jalanan ini. Ya.. penjual penyet. Masih melekat erat dalam ingatan saya ketika
dulu saya masih jadi Maba yang unyu-unyu ada satu penjual penyet yang sangat
disukai oleh para mahasiswa. Selain masakan nya enak tentu nya harga sesuai
dengan kantong mahasiswa seperti saya lah. Dan masih inget sekali kalau penjual
penyet ini hanya menggnakan gerobak kecil dan sering menjajakan jualan nya di
jalan banjarsari kala itu hanya didampingi oleh suami nya. Dan satu lagi yang
saya ingat dari penjual ini bahwa ibu bapak ini sangat ramah sekali. Sesekali
beliau bertanya “mau buat sahur ya Mba,”. Ahh…betapa baik nya dan ramah nya
beliau.
Dannn
Tahu kah kalian sampai saat ini penjual penyet ini masih
eksis (tapi bukan narsis lhooh) menjajakan jualan nya. Subhanallah..ini lah
yang membuat saya kagum terhadap suami istri penjual penyet ini. Hingga saat
ini saya sudah lulus dan sudah bekerja ternyata mereka masih istiqomah dengan
berjualan penyet. Memang tampak berbeda..sekarang mereka sudah punya lapak
sendiri bahkan branding nya pun sekarang menjadi warung penyet lesehan “….”,
dan sekarang pun tidak hanya dikerjakan sendiri oleh suami istri ini tetapi
mereka sudah punya karyawan, varian makanan nya juga semakin banyak. Tapi..yang
tak pernah berbeda adalah setiap hari nya warung ini tak pernah sepi oleh
pembeli.
Dan begitulah yang ingin saya ambil pelajaran nya dari
penjual penyet ini adalah sebuah keyakinan akan rezeki dari Allah yang sudah
Allah tetapkan untuk hamba-Nya.
Keyakinan nya bahwa rezeki dari Allah itu tidak akan pernah tertukar.Keyakinan bahwa Allah selalu memberikan hasil yang terbaik setelah melihat kesungguhan dari hamba-Nya.Keyakinan akan ketetapan Allah untuk hamba-Nya adalah ketetapan yang terbaikKeyakinan yang selalu membuat diri nya selalu sabar akan ketetapan-Nya
Ahh,,,coba saja bayangkan ketika penjual penyet tadi
menyerah begitu saja sedari awal karena persaingan antara penjual penyet sangat
banyak sekali ditembalang…mungkin saja penjual penyet ini tak akan sukses
seperti saat ini.
Dan coba saja bayangkan lagi ketika penjual penyet tadi ragu
bahwa rezeki-Nya akan diambil penjual penyet yang lain nya makan mungkin saja
saat ini beliau sudah beralih profesi.
Dan tentunya semua bersumber dari sebuah keyakinan-keyakinan
yang ia bangun.
Jangan sampai keyakinan qta itu pudar karena hanya melihat
rumput tetangga yang lebih hijau.
Karena sesungguh nya berbicara keyakinan itu bersrti qta
berbicara tentang sebuah iman.
Saya ingin mengutip beberapa kalimat dari seorang penulis
terkenal “Nazrul Anwar” karyanya yang cukup fenomenal yaitu buku “letter To
Karel”.
“Dimana lagi kita harus mencari kesabaran, selain diruang tunggu yang tak berkesudahan? Tunggu yang selalu mengawali satu persatu kehendak-Nya tiba, tunggu yang antri bergantian untuk mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir yang lainnya. Disuguhi kita dengan degup-degup kecemasan, dengan binary-binar harapan, dengan serpihan-serpihan kebingungan, dengan bongkah-bongkah keraguan, dengan serangkaian ketidakpastian, dengan kesedihan dan kegembiraan yang silih berganti. Yang semuanya harus disantap dengan keyakinan, bahwa Dia sudah mempersiapkanyang terbaik untuk setiap episode kehidupan kita dan tentu saja yang terbaik itu akan didapat dengan usaha yang terbaik juga, harus dihadapi dengan penyikan terbaik pula. Karena jika tidak, kita tidak akan pernah merasa kalau itu adalah yang terbaik bagi kita”
Dan bagitulah kehidupn kita..yakin,,bersabar…bersyukur
lah..dengan setiap puzzle..dengan setiap episode kehidupan kita. Tak ada yang
sia-sia dengan puzzle yang sudah kita dapat.
Perlebarlah ruang tunggu kita untuk mengantri setiap takdir yang akan kita lalui.Perlebar lah ruang tunggu kita sehingga menunggu itu tidak hanya sebuah aktivitas pasif tanpa sebuah kebermanfaatan.
Dan hiasilah ruang tunggu itu dengan sebuah nama ‘keyakinan’
Pondok Indah – Gaharu
Utara
Awal Desember Ceria – 1
Desember 2014 -
21.38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar