Pejuang LDM (Long Distance Marriage)
Oleh Nur Khayati
Mengapa memutuskan menikah, jika akhirnya tidak tinggal serumah?
Mengapa memutuskan menikah, jika akhirnya bukan hidup bersama tetapi justru saling terpisah?
Kodratnya istri itu mengikuti kemanapun suami pergi, mengapa justru memilih tinggal jauh dari suami?
Apakah kalian tidak kasihan sama anak-anak, lantas rela memilih hidup berjauhan?Apakah materi dan ekonomi jauh lebih penting dari keluarga, lalu kalian memilih menjadi pejuang PJKA?
Ah..lagi-lagi, pertanyaan seperti itu sudah sangat akrab mampir di indera dengarku. Bukan lagi hal yang biasa tetapi aku harus terbiasa menerima. Dan tak perlu menjelaskan lagi pada mereka. Sebab setiap pertanyaan belum tentu butuh jawaban.
Aku dan suami tidak dipertemukan dengan begitu saja. Meski tidak disertai alasan, kebersamaan dalam biduk pernikahan ini telah digariskan. Meski pada akhirnya Dia menetapkan kami untuk hidup saling berjauhan. Menjalani kehidupan perLDMan.
Iya, sejak awal pernikahan kami di tahun dua ribu lima belas hingga kini. Selama itu pula kami menjalani pernikahan jarak jauh atau LDM. Bukan, bukan aku ingin mengatakan jika aku bangga bisa melakoninya. Tetapi ini menjadi bagian dari menerima ketetapan terbaik-Nya.
Bagaimana rasanya menjadi pejuang LDM?Jujur, aku hanya ingin berucap berat. Tetapi bukan berarti aku hebat dan kuat. Sebab berulang kali aku ingin melambaikan tangan.
Jika ada sebuah pilihan dan itu memungkinkan untuk dijalani, maka sudah tentu seorang istri akan memilih mengikuti suami, kemanapun ia pergi. Namun, tidak semua orang memiliki pilihan dan kesempatan yang sama. Sebab setiap pasangan dan keluarga memiliki kondisi dan kisah cerita yang berbeda.
Melewati hari demi hari tanpa kehadiran fisik suami. Mengurus si buah hati seorang diri. Bahkan tak jarang pula merangkap peran sebagai umi sekaligus abi, saat suami tak dapat hadir mendampingi. Lelah?Oh, tentu pasti. Tetapi bagaimana agar lelah ini berbuah pahala, tentu selalu mencoba untuk ikhlas menerima. Melangitkan syukur atas setiap hal yang sudah Dia beri tanpa batas tepi.
Nyatanya banyak rajutan kisah dan hikmah yang menjadi jalan untuk memperbanyak muhasabah.
Jarak mengajarkan arti kebersamaan mungkin lalai untuk disyukuri.
Jarak mengajarkan kedewasaan dari fase pernikahan.
Jarak mengajarkan bagaimana menahan rindu dan setia menunggu dalam sebuah sebuah ruang temu.
Jarak mengajarkan bagaimana mendekap langkah dan mendekatkan sela dalam setiap rapalan doa.
Iya, kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa keluarga LDM bukanlah kondisi yang ideal atau sempurna. Tetapi kami meyakini bahwa LDM menjadi salah satu ketetapan terbaik dari Sang Maha Pemberi Cinta. Jika LDM adalah bagian dari merasai nikmat cinta dunia, maka Dia akan mampukan kami untuk melakoninya. Semoga suatu saat nanti Dia ijinkan kami, menua bersama dibawah langit yang sama dengan naungan cinta dari-Nya.
*Unggah ulang tulisan saya dari facebook dan instagram
#LDM #LongDistanceMarriage #PejuangLDM #Keluarga #RumahTangga #PJKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar