Tugas Misi 2
Ini bekalku, Mana Bekalmu
Oleh Nur Khayati
IP Semarang
Menyelam kedalam samudra amarta, menurutku layaknya sebuah perjalanan menjadi seorang istri dan ibu. Samudra ibarat kawah candra dimukanya seorang ibu. Tentu saat proses perjalanan menyelaminya tidaklah mulus dan mudah. Ada badai besar yang mungkin jauh di depan sana sudah menanti dan siap meluluhlantakkan kapalselamku. Ada ombak yang sudah pasti tak selamanya ia akan bersahabat. Sesekali gelombang ombaknya akan meninggi dan menggoyahkan. Iya, begitu pula perjalanan menjadi seorang istri dan ibu. Setiap masalah yang hadir menyapa kita adalah sebuah tantangan dan pembelajaran yang menjadikan diri lebih baik dan memaksimalkan peran kita.
Lantas, haruskan kita meratapinya atau bahkan menjadi tidak bahagia?Oh, tentu tidak bukan?Iya, sebab bahagia itu tidak perlu menunggu. Mengutip sebuah kalimat yang pernah disampaikan oleh Bu Septi Peni bahwa bahagia itu kita yang menciptakan. Kebahagiaan itu tidak bergantung pada orang lain. Tetapi diri kita yang berhak menciptakan.
Maka dari itu untuk menjadi bahagia saat penyelaman samudra amarta nanti, maka aku sudah mempersiapkan perbekalan. Sehingga saat masalah itu hadir didepan mata, aku tidak lagi mengeluh tetapi menjadikan masalah sebagai sebuah tantangan. Sebab inilah ladang belajar bagiku. Lalu, apa bekalku?
Pertama, Manajemen Waktu
Setiap dari kita memiliki modal waktu yang sama yaitu 24 jam. Sebab itulah sangat penting bagiku untuk memanajemen modal waktu yang telah ada agar waktu yang saya miliki produktif. Termasuk dalam mengelola waktu saya untuk suami, anak, keluarga, masyarakat dan mengerjakan setiap challenge yang diberikan dalam penyelaman samudra amarta.
Kedua, Manajemen Prioritas
Saya meyakini, setelah kita menjadi seorang ibu seolah pekerjaan domestik itu tidak pernah ada habisnya. Ia mengantri begitu panjang untuk disentuh oleh tangan kita. Karena itulah manajemen prioritas disini juga menjadi bekal yang penting bagiku saat penyelaman nanti. Memetakan mana pekerjaan penting untuk saya kerjakan terlebih dahulu tanpa mengesampingkan peran saya sebagai seorang istri dan ibu dan juga tugas-tugas selama penyelaman.
Ketiga, Komitmen dan Konsistensi
Saat penyelaman samudra amarta nanti aku harus mengikuti prosedur yang sudah disiapkan oleh para baruna. Komitmen dan konsistensi untuk menyelesaikan setiap challenge dan bekerja sama dengan bestie. Lalu mengatur strategi jika ada perubahan.
Keempat, Berdaulat penuh atas setiap keputusan yang diambil.
Setiap kemungkinan gagal itu pasti ada meskipun kita sudah merencanakan sebaik mungkin. Jika nanti aku gagal dalam penyelaman samudra amarta, maka aku tidak akan menyalahkan siapapun. Aku tidak akan menyalahkan kondisi, bestie, baruna atau bahkan keluarga. Diriku yang bertanggung penuh atas setiap keputusan yang diambil.
Kelima, Selebrasi dan Apresiasi.
Seorang perempuan itu sangat menyukai apresiasi dan aku termasuk salah satunya. Namun, menyukai apresiasi bukan berarti aku gila sanjungan. Tetapi apresiasi menjadi salah satu cara untuk menciptakan bahagia kita. Maka dari itu, aku harus mampu menciptakan selebrasi untuk setiap prestasi yang aku miliki, sekecil apapun prestasi itu. Misalnya saja dengan makan es krim saat aku mampu menyelesaikan challenge dalam penyelaman samudra amarta nantinya.
Setelah aku analisis menggunakan teknik 3B dan disesuaikan dengan CoC IP, menurutku bekal ini sudah sesuai.
Baik
Sesuai dengan kondisi dan apa yang saya butuhkan untuk menyelam samudra amarta.
Benar
InsyaAllah sudah benar sesuai dengan diri saya dan CoC IP
Bermanfaat
InsyaAllah manfaat ini akan saya rasakan sendiri dan kelak untuk orang lain yang ada disekitar saya
Nah, itulah bekal bahagiaku untuk menyelami samudra amarta. Bagaimana dengan bekal teman-teman matrikulasi batch 10?
Semoga Allah berikan kemudahan sampai akhir misi yah teman-teman.
Best Regards
Nur Khayati
Ibu Profesional Semarang
Instagram: @nur_khay_
Facebook : Nur Khayati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar