Jurnal Aliran Rasa
Oleh Nur Khayati
Ibu Profesional Semarang
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah bini'matihi tatimush shalihat
Satu per satu misi dalam penjelajahan samudra amarta telah dilalui dengan rekah senyum kebahagiaan dan peluh perjuangan. Ah, Iya, aku dan kamu tak perlu menafikkan diri bukan?Tentu sudah pasti banyak rasa yang tercipta. Beragam kisah yang terajut dengan indah. Beraneka rupa cerita dalam genggaman jemari.
Mari kita duduk bersama untuk sejenak bercengkrama. Jangan lupa siapkan semangkuk kudapan dan secangkir teh panas atau segelas coklat hangat untuk mengganjal lambung kita serta menghangatkan suasana. Disini saya akan mengalirkan rasa dan cerita dan teman-teman penjelajah samudra amarta.
Sebelumnya akan aku ajak menilik kembali pada mimpi diri menjadi bagian IP. Iya saat aku memasuki gerbang pertama IP bernama foundation 12. Sssttt, jangan saling berbisik dulu "idih, ngapain ajah kamu selama ini woy, udah punya anak dua pulak ngapain masih ikut IP. mau kelihatan sok sibuk gitu?".
"Oh..big No".
Meski aku mengakui, awal aku memulai bersebab diri ini ingin mendapatkan teman satu frekuensi yang tergabung dalam KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional). Haha..terlalu percaya dirinya aku, belum kenal IP tetapi sudah berani terjun di KLIP. Disatu sisi, aku juga ingin mengenal IP lebih jauh dan mengetahui core value IP.
Setelah ikut foundation, aku hanya bisa melongo "Ah, iya ya, kenapa pulak aku baru ikut IP sekarang. Banyak kejutan di IP yang membuat diri semakin terpacu untuk membekali diri dengan ilmu dan bermanfaat untuk orang-orang disekitarku".
Fiuh..menyesal?
hmm..bisa jadi. Tetapi tak ada kata terlambat untuk belajar bukan?Apalagi menjadi seorang istri dan ibu, yang tidak memiliki bangku formal layaknya sebuah sekolah. Sebab setiap hari bagi mereka adalah belajar, belajar dari apa yang sudah mereka lakoni dan rasai. Tetapi aku butuh untuk mengupgrade diri. Agar aku menjadi seorang istri dan ibu yang berdaya untuk keluarga dan sesama. Maka aku menyambung perjalanan selanjutnya untuk memasuki kapal penjelajahan samudra amarta bersama teman-teman seperjuangan dan didampingi oleh para baruna dan kaptenik.
Ah, ternyata apa yang kualami di dalam kapal tembus pandang ini?
Saat memasuki pintu kapal ini, aku gagap dan nampak kurang cakap. Hanya sebatas menjadi penikmat dan pengamat diskusi dan materi. Bahkan setiap tugas, hanya aku kerjakan sebatas pada menyelesaikan misi. Tetapi tak kudapati tuh dalam diri. Aku terlena hingga pada misi kedua.
Namun, aku tersadar saat menginjak misi ketiga. Materi tentang merdeka belajar yang disampaikan Mbak Lulu kala itu begitu mengena dihati. Hingga aku mulai sadar dan beranjak bangkit kembali.
Mulai sejak saat itu, aku mulai membangun kesungguhan. Selalu menghadirkan diri sepenuhnya saat sesi materi dan diskusi. Mengulang kembali mendengarkan rekaman dan menuliskan ringkasan kedalam bentuk catatan. Aku menyadari, apa yang aku tuliskan adalah sebuah jurnal untuk senantiasa menjadi pegangan.
Ah, bahagianya aku mendapatkan seorang bestie yang selalu menjadi pengingat dan penyemangat. Meski aku pernah berada pada tahap insecure, minder pada teman-teman penjelajah yang begitu hebat. Sempat bertanya pada diri, akankah aku berhenti atau melanjutkan perjalanan ini?
Terima kasih banyak my beloved bestie. Mari, kita saling menggenggam erat jemari hingga kelak kita wisuda nanti.
Namun, tak aku pungkiri, rasa bahagia dalam diri jauh lebih banyak mengalahkan rasa gamang dan ketidakpercayaan diri.
Aku bahagia, sebab aku ingin menjaga fitrah belajarku sebagai seorang perempuan, istri dan ibu
Aku bahagia, sebab aku ingin menjadi ibu yang berdaya untuk keluarga dan sesama.
Aku bahagia, sebab menjadi bagian dari IP bukan hanya aku ingin mengupgrade diri tetapi aku juga ingin bertumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi umat.
Setelah misi bahagia melalui jurnal aliran rasa ini, maka siap kembali menaklukkan setiap misi dengan penuh energi. Dengan bekal kesungguhan siap menjelajah kembali samudra amarta di zona terakhir. Hingga kelak Allah izinkan untuk wisuda dengan rekahan senyum bahagia.
Semarang, 24 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar