Senin, 06 Maret 2023

Challenge Binar 2023 : Resume Materi 3

 

Sensori Integrasi dan Piramida Belajar

Oleh Nur Khayati


Kali ini saya akan merangkum pembekalan materi ketiga dalam acara 'Challenge 30 Hari Bermain Bersama Anak' yang diadakan oleh komunitas gerakan binar (bermain dan belajar). Sebelum melakukan challenge, kami dibekali oleh panitia dengan 4 materi dengan narasumber yang keren. 


Pembekalan materi ketiga ini telah dilaksanakan hari ini 3 Maret 2023 pukul 13.30 - 15.30 WIB. Alhamdulillah saya bisa mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Nah, sebagai salah satu cara saya untuk mengikat kembali makna di materi ketiga ini saya akan merangkumnya. Semoga bermanfaat yah 😍


Acara pembekalan materi ketiga ini dipandu oleh Bunda Putri Aji dan materi dibawakan oleh Ibu Anggi Wismumita, M.Psi, Psikolog.  Beliau adalah seorang psikolog dan founder Rumah Giera (pusat psikologi, pendidikan, pengembangan diri dan tumbuh kembang anak).


Sebelum memulai materi, dari bu Anggi melempar beberapa pertanyaan kepada kami para peserta. Dimana kami harus menjawab dengan yes or no pada setiap pertanyaannya. Pertanyaan tersebut yaitu

  1. Untuk memproses informasi, individu membutuhkan sensori lebih dari 5 indera → No (ada 8 sensori)

  2. Gangguan sensori hanya terjadi pada anak autisme → No

  3. Perbanyak menceker adalah cara efektif penanggulangan gangguan sensori → Yes

  4. Untuk menunjang kemampuan belajar anak, dibutuhkan pondasi dasar yang kuat sejak bayi → Yes

  5. Di usia TK, sebelum mengajar materi akademik, dahulukan penguatan pada aktivitas bina diri dan pembentukan perilaku → Yes

  6. Penanganan masalah sensori dan pembelajaran sebaiknya di tangan sendiri → No


Kenapa saat ini banyak muncul masalah sensori?

  1. Akademik lebih diutamakan sedangkan pondasi dasarnya belum kuat

  2. Kegiatan pasif lebih besar dari kegiatan aktif

  3. Dominan lebih tertarik pada gadget

  4. Pandemi

  5. Minim fasilitas outdoor

  6. Kurang dilibatkan dan minim kesempatan

  7. Selalu menyediakan ruang aman sehingga anak takut akan bahaya


Masalah sensori dan gangguan sensori itu beda. Sensori issue atau masalah sensori bisa kita lakukan pengamatan secara mandiri sedangkan gangguan sensori ini butuh penegakan diagnosa dan ditangani  serta observasi lebih lanjut oleh tenaga ahli. 


Indera yang digunakan dalam memproses informasi ada 8 yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfaktori ( penciuman), gustatory (pengecapan), taktil (peraba), vestibular (keseimbangan), propioceptive (kerja otot) dan interoceptive (berkaitan dengan organ dalam seperti kenyang lapar, bak, bab dsb). Indera-indera ini tidak bisa bekerja sendiri saat memproses informasi yang masuk dalam tubuh kita tetapi semuanya saling berkaitan atau saling terintegrasi.


Lalu dilanjutkan praktik dengan bahan-bahan yang sudah diminta panitia untuk menyiapkan yaitu berupa kegiatan

  1. Praktik mengupas telur

  2. memegang es batu dan handuk hangat

  3. lempar tangkap bola

  4. mengambil barang-barang dalam tas tanpa harus melihat

Seluruh kegiatan praktik di atas semuanya hampir menggunakan semua sensori. Stimulasi sensori integrasi yang terlengkap adalah saat makan terutama jika dilakukan tanpa gadget. Contoh-contoh kegiatan praktik di atas jika dilakukan secara terus menerus akan memperkuat bonding antara anak dan orang tua dan bonding ini yang akan memperkokoh relasi orang tua dan anak sampai remaja. 


Sensori integrasi artinya mengkombinasikan dari seluruh sensori. Jadi arti sebenarnya bagaimana kita merasakan dunia sekitar kita dan merasakan diri kita dalam dunia kita. Sensori integrasi ini bukan hanya berkaitan dengan diri kita pribadi tetapi dengan lingkungan kita dan bagaimana lingkungan akan memproses terhadap diri kita. Jika SI ini tidak berkembang dengan baik maka akan muncul perasaan tidak aman, merasa terancam, keterlambatan perkembangan, perilaku menantang, kesulitan berpartisipasi sosial, masalah atensi, cemas dan ketidakteraturan.


Namun jika SI berkembang dengan baik maka

  1. anak memiliki kemampuan untuk meregulasi diri

  2. nyaman dan aman saat berada di berbagai lingkungan

  3. anak memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasi dan mengontrol diri. 

  4. mengembangkan keterampilan gerak

  5. Adaptif dan berespon

  6. Atensi

  7. Menunjang kesiapan anak untuk belajar akademis


Masalah sensori disebabkan oleh kurangnya stimulasi dan paparan terhadap sensori dan bisa dilakukan stimulus secara mandiri sedangkan gangguan sensori ini perlu observasi oleh ahli dan stimulasi dibantu oleh tenaga ahli seperti psikolog, terapis atau dokter anak sehingga akan tertangani secara lebih tepat dan cepat.


Sensory processing disorder (SPD) ada tiga yaitu

  1. Sensory modulation disorder

biasanya berkaitan dengan indera taktil

  1. Sensory based motor disorder

berkaitan dengan dispraksia (ide, perencanaan dan eksekusinya bisa berbeda), konsentrasi, mudah lelah, duduk tenang, membungkukkan badan saat duduk, kurangnya keseimbangan, sulit mengkoordinasikan dua sisi tubuh. 

  1. Sensory discrimination disorder

Anak sulit dalam menginterpretasikan rangsangan sehingga tidak mampu membedakan stimulasi yang sama. misal sulit membedakan bau-bau tertentu, sulit membedakan ketika mendengarkan kata yang hampir sama secara bersamaan.


Tipe SPD ada dua yaitu

  1. Hypersensitivity (over stimulated)

kurangi atau batasi stimulasi menggunakan menggunakan strategi yang menenangkan, seperti squeezing, rocking, dan white noise

  1. Hyposensitivity (under stimulated)

Tingkatkan stimulasi dan ciptakan ragam lingkungan kaya sensori, seperti swinging, jumping dan crashing.


Note : anak-anak yang yang mengalami SPD belum tentu dia anak autisme tetapi anak-anak autisme rata-rata atau mayoritas mengalami gangguan sensori atau SPD. 


Penanganan SPD

  1. Konsultasi ke ahli sedini mungkin

  2. Kenali dan pahami profil sensori sehingga akan mendapatkan penanganan yang tepat bersama terapis

  3. Paparkan input sensori sesuai profil

  4. Terapi SI-OT dan stimulasi yang dilakukan dirumah sesuai arahan terapis

  5. Evaluasi progress


Masalah dalam kegiatan belajar yang berkaitan dengan sensori issues yaitu

  1. kesulitan untuk memahami instruksi, memproses, mengingat dan menyelesaikan tugas

  2. minim fokus dan daya tahan (mudah terdistraksi oleh teman)

  3. posisi duduk mudah bergerak-gerak dan tidak nyaman

  4. lemah dalam membaca, menulis dan berhitung

  5. menghindari paparan dan pengalaman sensori ( suara bising dan keramaian, cahaya yang berlebihan)

  6. menolak dan mengabaikan tugas, bekerja lebih lambat

  7. kesulitan berkomunikasi dan terlibat aktif dalam interaksi sosial

  8. kesulitan meregulasi emosi dan mengelola tugas

  9. kesulitan dengan transisi atau perubahan rutinitas


Piramida belajar :

  1. Sensory sistem : warna biru merupakan pondasi dasar

  2. Sensory motor development : warna hijau (masuk didalamnya keseimbangan tubuh) → untuk keterampilan motorik

  3. Perceptual motor development : warna coklat muda → kemampuan mata dan tangan biasanya di usia TK

  4. Cognition Intellect : warna coklat tua (dasar untuk calistung diajarkan dengan cara yang menyenangkan bukan dengan drilling)

  5. Akademik learning


Jika kita ingin sukses belajar maka pondasinya terlebih dahulu yang harus dikuatkan. 


Terakhir Ibu Anggi menutup materi dengan mengajak praktik kembali. Praktik gerakan-gerakan sederhana untuk melatih sensori anak dengan melakukan gerakan-gerakan seperti hewan seperti beruang berjalan, katak lompat dan kepiting berjalan.


Materi ini sangat mengena sekali di saya. Seperti dibukakan pintu dari segala kebingungan saya selama ini terutama tumbuh kembang si Kakak. Meskipun kini si Kakak sudah masuk sekolah formal, tidak ada kata terlambat untuk merutinkan kembali stimulasi multi sensori. 


semoga tulisan ini bermanfaat 🤗🤗


sumber : https://www.youtube.com/live/WQINOH3Pl4g?feature=share






 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2

 Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2 Bismillahirrohmanirrohim... Nama : Nur Khayati Regu   : 10 Mikoriza Regional : Semarang MasyaAllah..tak terasa ...