Sensori Integrasi dan Piramida Belajar
Oleh Nur Khayati
Kali ini saya akan merangkum pembekalan materi ketiga dalam acara 'Challenge 30 Hari Bermain Bersama Anak' yang diadakan oleh komunitas gerakan binar (bermain dan belajar). Sebelum melakukan challenge, kami dibekali oleh panitia dengan 4 materi dengan narasumber yang keren.
Pembekalan materi ketiga ini telah dilaksanakan hari ini 3 Maret 2023 pukul 13.30 - 15.30 WIB. Alhamdulillah saya bisa mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Nah, sebagai salah satu cara saya untuk mengikat kembali makna di materi ketiga ini saya akan merangkumnya. Semoga bermanfaat yah 😍
Acara pembekalan materi ketiga ini dipandu oleh Bunda Putri Aji dan materi dibawakan oleh Ibu Anggi Wismumita, M.Psi, Psikolog. Beliau adalah seorang psikolog dan founder Rumah Giera (pusat psikologi, pendidikan, pengembangan diri dan tumbuh kembang anak).
Sebelum memulai materi, dari bu Anggi melempar beberapa pertanyaan kepada kami para peserta. Dimana kami harus menjawab dengan yes or no pada setiap pertanyaannya. Pertanyaan tersebut yaitu
Untuk memproses informasi, individu membutuhkan sensori lebih dari 5 indera → No (ada 8 sensori)
Gangguan sensori hanya terjadi pada anak autisme → No
Perbanyak menceker adalah cara efektif penanggulangan gangguan sensori → Yes
Untuk menunjang kemampuan belajar anak, dibutuhkan pondasi dasar yang kuat sejak bayi → Yes
Di usia TK, sebelum mengajar materi akademik, dahulukan penguatan pada aktivitas bina diri dan pembentukan perilaku → Yes
Penanganan masalah sensori dan pembelajaran sebaiknya di tangan sendiri → No
Kenapa saat ini banyak muncul masalah sensori?
Akademik lebih diutamakan sedangkan pondasi dasarnya belum kuat
Kegiatan pasif lebih besar dari kegiatan aktif
Dominan lebih tertarik pada gadget
Pandemi
Minim fasilitas outdoor
Kurang dilibatkan dan minim kesempatan
Selalu menyediakan ruang aman sehingga anak takut akan bahaya
Masalah sensori dan gangguan sensori itu beda. Sensori issue atau masalah sensori bisa kita lakukan pengamatan secara mandiri sedangkan gangguan sensori ini butuh penegakan diagnosa dan ditangani serta observasi lebih lanjut oleh tenaga ahli.
Indera yang digunakan dalam memproses informasi ada 8 yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfaktori ( penciuman), gustatory (pengecapan), taktil (peraba), vestibular (keseimbangan), propioceptive (kerja otot) dan interoceptive (berkaitan dengan organ dalam seperti kenyang lapar, bak, bab dsb). Indera-indera ini tidak bisa bekerja sendiri saat memproses informasi yang masuk dalam tubuh kita tetapi semuanya saling berkaitan atau saling terintegrasi.
Lalu dilanjutkan praktik dengan bahan-bahan yang sudah diminta panitia untuk menyiapkan yaitu berupa kegiatan
Praktik mengupas telur
memegang es batu dan handuk hangat
lempar tangkap bola
mengambil barang-barang dalam tas tanpa harus melihat
Seluruh kegiatan praktik di atas semuanya hampir menggunakan semua sensori. Stimulasi sensori integrasi yang terlengkap adalah saat makan terutama jika dilakukan tanpa gadget. Contoh-contoh kegiatan praktik di atas jika dilakukan secara terus menerus akan memperkuat bonding antara anak dan orang tua dan bonding ini yang akan memperkokoh relasi orang tua dan anak sampai remaja.
Sensori integrasi artinya mengkombinasikan dari seluruh sensori. Jadi arti sebenarnya bagaimana kita merasakan dunia sekitar kita dan merasakan diri kita dalam dunia kita. Sensori integrasi ini bukan hanya berkaitan dengan diri kita pribadi tetapi dengan lingkungan kita dan bagaimana lingkungan akan memproses terhadap diri kita. Jika SI ini tidak berkembang dengan baik maka akan muncul perasaan tidak aman, merasa terancam, keterlambatan perkembangan, perilaku menantang, kesulitan berpartisipasi sosial, masalah atensi, cemas dan ketidakteraturan.
Namun jika SI berkembang dengan baik maka
anak memiliki kemampuan untuk meregulasi diri
nyaman dan aman saat berada di berbagai lingkungan
anak memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasi dan mengontrol diri.
mengembangkan keterampilan gerak
Adaptif dan berespon
Atensi
Menunjang kesiapan anak untuk belajar akademis
Masalah sensori disebabkan oleh kurangnya stimulasi dan paparan terhadap sensori dan bisa dilakukan stimulus secara mandiri sedangkan gangguan sensori ini perlu observasi oleh ahli dan stimulasi dibantu oleh tenaga ahli seperti psikolog, terapis atau dokter anak sehingga akan tertangani secara lebih tepat dan cepat.
Sensory processing disorder (SPD) ada tiga yaitu
Sensory modulation disorder
biasanya berkaitan dengan indera taktil
Sensory based motor disorder
berkaitan dengan dispraksia (ide, perencanaan dan eksekusinya bisa berbeda), konsentrasi, mudah lelah, duduk tenang, membungkukkan badan saat duduk, kurangnya keseimbangan, sulit mengkoordinasikan dua sisi tubuh.
Sensory discrimination disorder
Anak sulit dalam menginterpretasikan rangsangan sehingga tidak mampu membedakan stimulasi yang sama. misal sulit membedakan bau-bau tertentu, sulit membedakan ketika mendengarkan kata yang hampir sama secara bersamaan.
Tipe SPD ada dua yaitu
Hypersensitivity (over stimulated)
kurangi atau batasi stimulasi menggunakan menggunakan strategi yang menenangkan, seperti squeezing, rocking, dan white noise
Hyposensitivity (under stimulated)
Tingkatkan stimulasi dan ciptakan ragam lingkungan kaya sensori, seperti swinging, jumping dan crashing.
Note : anak-anak yang yang mengalami SPD belum tentu dia anak autisme tetapi anak-anak autisme rata-rata atau mayoritas mengalami gangguan sensori atau SPD.
Penanganan SPD
Konsultasi ke ahli sedini mungkin
Kenali dan pahami profil sensori sehingga akan mendapatkan penanganan yang tepat bersama terapis
Paparkan input sensori sesuai profil
Terapi SI-OT dan stimulasi yang dilakukan dirumah sesuai arahan terapis
Evaluasi progress
Masalah dalam kegiatan belajar yang berkaitan dengan sensori issues yaitu
kesulitan untuk memahami instruksi, memproses, mengingat dan menyelesaikan tugas
minim fokus dan daya tahan (mudah terdistraksi oleh teman)
posisi duduk mudah bergerak-gerak dan tidak nyaman
lemah dalam membaca, menulis dan berhitung
menghindari paparan dan pengalaman sensori ( suara bising dan keramaian, cahaya yang berlebihan)
menolak dan mengabaikan tugas, bekerja lebih lambat
kesulitan berkomunikasi dan terlibat aktif dalam interaksi sosial
kesulitan meregulasi emosi dan mengelola tugas
kesulitan dengan transisi atau perubahan rutinitas
Piramida belajar :
Sensory sistem : warna biru merupakan pondasi dasar
Sensory motor development : warna hijau (masuk didalamnya keseimbangan tubuh) → untuk keterampilan motorik
Perceptual motor development : warna coklat muda → kemampuan mata dan tangan biasanya di usia TK
Cognition Intellect : warna coklat tua (dasar untuk calistung diajarkan dengan cara yang menyenangkan bukan dengan drilling)
Akademik learning
Jika kita ingin sukses belajar maka pondasinya terlebih dahulu yang harus dikuatkan.
Terakhir Ibu Anggi menutup materi dengan mengajak praktik kembali. Praktik gerakan-gerakan sederhana untuk melatih sensori anak dengan melakukan gerakan-gerakan seperti hewan seperti beruang berjalan, katak lompat dan kepiting berjalan.
Materi ini sangat mengena sekali di saya. Seperti dibukakan pintu dari segala kebingungan saya selama ini terutama tumbuh kembang si Kakak. Meskipun kini si Kakak sudah masuk sekolah formal, tidak ada kata terlambat untuk merutinkan kembali stimulasi multi sensori.
semoga tulisan ini bermanfaat 🤗🤗
sumber : https://www.youtube.com/live/WQINOH3Pl4g?feature=share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar