Kamis, 16 Maret 2023

Bunda Sayang : Zona 1

 Tantangan Hari Ke-2 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Tantangan hari pertama telah ditunaikan. Kini saatnya berlanjut menuju tantangan hari ke 2 zona 1 Bunda Sayang. Kali ini kami ditantang untuk mengingat dan menceritakan kembali apa yang sering ayah dan ibu katakan sewaktu saya masih kecil. 



Deg..tetiba hatiku berdebar ketika pertama kali membaca info tantangan ini di WAG. Tetiba tak terasa bulir-bulir jernih itu jatuh tanpa meminta persetujuan sang pemiliknya. Rol film dokumenter yang sejak lama tersimpan dalam memori pribadi, seakan harus saya paksa untuk diputar kembali. Menyelami setiap fasenya. Sejujurnya mengingatnya membuat saya harus kembali melihat sebuah kekecewaan dan kesedihan yang selama ini berusaha saya kunci rapat. 


Awalnya saya ragu, apakah benar-benar saya akan menulisnya di blog?Menurut saya ini terlalu privasi untuk dibaca oleh orang lain. Berkali-kali saya sempat menunda untuk menuliskan. Bahkan ketika setiap frasanya sudah terangkai, saya masih berulang kali menilik kembali tulisan saya. 


Akhirnya saya memantapkan diri dan berbekal bismillah, saya goreskan di dalam blog. Saya meyakini setiap dari kita memiliki kisah pengalaman masa kecil yang tak sama. Menulis jurnal ini bukan dalam rangka berbagga tentang kebaikan atau meratapi setiap hal yang telah terlewati. Tetapi yang pasti akan banyak pulungan hikmah yang bisa saya dapat setelah merangkai setiap huruf demi hurufnya. 


Masa kecil saya kurang lebih sama dengan anak-anak pada umumnya hingga saya duduk di bangku merah putih. Tinggal bersama bapak dan ibu yang penuh kasih sayang. Bahkan saya masih ingat sekali, saya dulu termasuk anak yang sangat dekat dengan bapak. Satu momen yang saya ingat, ketika itu kami belum punya kendaraan mesin roda dua. Sepeda adalah satu-satunya yang kami miliki. Bapak..beliau yang selalu mengajak saya keliling naik sepeda. Meski tidak banyak bicara tetapi itulah salah satu kasih sayang yang beliau tunjukkan padaku. Bapak..beliau adalah orang yang tegas dan disiplin, beliau tidak akan mengizinkan saya main atau nonton televisi sebelum saya selesai mengerjakan PR. Tetapi beliau tak segan memberikan pujian pada saya ketika penerimaan raport tiba waktunya. Bahkan hampir semua ingin yang saya minta beliau penuhi. Beliau yang selalu mendukung kondisi akademik saya waktu itu dan selalu mendukung saya untuk ikut banyak lomba dan masuk disekolah favorit. 


Ibu..sosok yang tegas seperti bapak namun ketegasannya dibalut dengan kelembutan. Belum pernah aku menerima bentakan beliau saat kecil. Mungkin justru aku yang sering berulah dan membuat membuat beliau geleng-geleng kepala. Ibu..sosok yang selalu khawatir dengan kondisi kesehatanku. Iya, sedari bayi saya termasuk yang sering sakit. Dan Ibu..selalu menjadi yang pertama khawatir. Terkadang ada beberapa hal yang tidak boleh saya lakukan demi menjaga kesehatan. 


Lalu..semua keadaan berubah saat saya mulai duduk dibangku putih biru. Karena kondisi ekonomi keluarga kami saat itu kurang baik, pada akhirnya Ibu membantu bapak menghidupi keluarga. Ibu rela menjadi seorang TKI demi kondisi ekonomi keluarga kami membaik.


Berawal dari itulah..kondisi keluarga kami berubah. Hadirnya ujian orang ketiga dalam keluarga kami  setelah Ibu membanting tulang menjadi TKI. Justru bapak, mengkhianati. Bapak yang dulu saya kenal begitu perhatian dan mendukung saya, sikapnya berubah pada saya. Beliau sering berkata kasar bahkan saya ingat satu kali pukulan pernah mendarat di pipiku. Entahlah, sejak kehadiran orang ketiga, bapak menjadi lebih temperamental.


Sedihnya..setelah dua tahun menjadi TKI, ibu saya pulang. Dan resmilah saya memiliki keluarga broken home. Iya, bapak dan ibu saya bercerai. Saat itu, saya baru akan menjajaki dunia putih abu-abu.


Kasih sayang ibu tak pernah berbeda sejak awal. Meski beliau harus menjadi tulang punggung keluarga pasca bapak dan ibu bercerai. Meski ibu terlihat tegar tapi saya bisa membaca banyak kesedihan dan kekecewaan yang beliau alami. Ibu yang harus berperan ganda, menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Saya tak lagi merasakan didikan dan asuhan bapak setelah mereka berpisah. Satu-satunya hanya Ibu yang mengasuh, mendidik dan membiayai saya hingga saya lulus kuliah. Ibulah yang menempa saya menjadi perempuan yang mandiri dan kuat hingga saat ini. Sebab, saya sudah kehilangan sosok ayah. Dan sejak saat itu pula, benih kekecewaan terhadap bapak sudah tertanam dalam diri saya. Bahkan dulu sempat membuat saya trauma. 


Saat kuliah semester 4, akhirnya ibu menemukan sosok belahan jiwanya. Saya resmi mendapatkan sosok ayam kembali. MasyaAllah..rasanya tidak hanya ibu yang menemukan kebahagiaan tetapi sosok ayah yang saya damba, Allah kirimkan pada saya melalui ayah sambung saya. Bapak sambung saya, penuh dengan kelembutan mendidik saya. Beliau adalah pendengar yang baik dan menjadi teman ngobrol dan diskusi untuk saya. Beliau yang rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan harta agar saya bisa lulus kuliah tepat waktu dan bisa mendapatkan pekerjaan. Meskipun saya bukan anak kandung beliau tetapi beliau mendidik saya seperti anaknya sendiri. 


Kini, saya telah berkeluarga dan memiliki anak. Menuliskan pengalaman masa kecil, sejenak membuat saya terhenyak. 


'Memori apakah yang saya ciptakan bersama anak-anak saat ini?Apakah mereka akan mengingatnya kelak ketika saya pernah keceplosan membentak mereka?'


Astaghfirullah..ampuni saya ya Rabb 🤲🏻😭


Mampukan kami menjadi orang tua yang mampu mendidik, merawat dan mengasuh mereka dengan baik. 


Mampukan kami memberikan bekal terbaik untuk akhiratnya kelak.


Mampukan kami menciptakan memori indah dan bahagia bersama mereka yang kelak akan mereka putar kembali setelah dewasa. 


Mampukan kami dan pahamkan kami akan Ilmu-Mu dalam mendidik dan mengasuh anak-anak kami.


Benarlah..tantangan hari kedua ini tidak hanya membuat saya berurai air mata tetapi menjadi momen refleksi bagi diri saya pribadi.


Sekali lagi..disclaimer dari saya : cerita pengalaman ini saya tulis bukan dalam rangka mencari pembenaran tetapi ini menjadi salah satu langkah untuk mengenali diri saya dan mengambil hikmah yang penuh berkah Insya Allah 🤗


Semarang, 16 Maret 2023

14.30


#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2

 Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2 Bismillahirrohmanirrohim... Nama : Nur Khayati Regu   : 10 Mikoriza Regional : Semarang MasyaAllah..tak terasa ...