Minggu, 19 Maret 2023

Bunda Sayang : Zona 1

 Tantangan Hari Ke-5 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Tibalah saatnya berlanjut dalam tantangan hari ke-5  zona 1 Bunda Sayang. Kali ini kami ditantang untuk mengisi tabel jurnal emosi yang terjadi atau kita rasakan pada hari ini. Setelah mengisi tabel jurnal emosi, kami diminta untuk menceritakan perasaan yang kita rasakan setelah mengidentifikasi kejadian tersebut dan menuliskannya dalam tabel jurnal emosi. Lalu kami juga diminta menuliskan insight atau pembelajaran atau aha momen yang diperoleh dari identifikasi kejadian hari ini.



Sebetulnya dari Mbak Lulu sebagai dekan bunda sayang menyampaikan jika tabel jurnal emosi hanya disimpan untuk diri sendiri bukan untuk dibagikan pada orang lain. Tetapi jika ada berkenan untuk menyertakan tabel tersebut juga dipersilahkan. 


Nah, kali ini..saya juga ikut menyertakan tabel jurnal emosi yang saya alami hari. Bukan dalam rangka untuk membagikan energi negatif pada orang lain atau karena ingin ujub, tetapi semata untuk membuat jejak hikmah bagi diri saya pribadi.


Bismillahirrohmanirrohim


Hari/Tanggal : Ahad, 19 Maret 2023


Kejadian hari ini

Hari ini saya dan anak-anak ada agenda playdate dari komunitas gerakan binar. Awalnya ketika saya ngobrol sama anak-anak tentang agenda pagi ini, mereka sangat antusias terutama si Mas.

"Umi, nanti kita mau bikin mainan apa?kertas origaminya udah ada belum mi?"

celoteh si Mas dan si adik pun tak kalah berbinar menyambut keseruan playdate pagi ini.

Namun, realitanya tak semudah yang saya bayangkan. Playdate online dengan dua bocil. Penuh drama. Mulai dari saling berebut posisi di depan layar gadget sampai rebutan kerta origami. 

Pada awalnya saya masih bisa mengkondisikan, masih bisa mengatur intonasi suara sambil tarik ulur nafas. Meski pada akhirnya menjadi tidak fokus pada agenda playdate pertama yaitu read aloud. 

Namun, tiba saatnya mulai bebikinan kreasi lebah dan kepik terjadi kembali drama. Saling berebut kertas origami dan lem. Saat itu, tanpa terkendali saya kelepasan agak keras.

"Mas..adik..sudah toh jangan rebutan. Nanti kalau rebutan kalian belum selesai. Nanti ketinggalan sama teman-teman yang lain"

Sambil raut wajah saya mulai berubah tetapi tidak sampai sampai mengeluarkan kata-kata yang kasar atau melukai mereka. Saya masih bisa mengendalikan diri.

Tetapi malunya, ternyata speaker zoom lupa saya mute. Sehingga bocor dan terdengar oleh peserta yang lain. Lumayan malu juga..moderator sampai bilang "Sabar bund..sabar.."

hahaha..cukup malu sebetulnya 😆🤭

Alhamdulillah, setelah itu saya berhasil mengkondisikan lagi. Saya minta maaf ke mas dan adik. Dan adik yang tadi sempat pecah tangisnya, bisa saya peluk dan redakan tangisnya. Saya ajak lagi membuat kreasi sedangkan siMas tetap sibuk dengan kreasinya. 

Nah, setelah selesai agenda playdate, saya kembali memeluk mereka dan meminta maaf. Lalu saya tawarkan ke mereka untuk beli jajan untuk mengembalikan kondisi suasana hati mereka. Alhamdulillah, mereka tertawa senang kembali bersama saya.


Emosi yang muncul

kesal, hampir marah, malu


Skala : 3


Hal apa yang kita harapkan

saya berharapnya si kakak bisa sedikit mengalah sama adik meski secara eksplisit saya tidak mengatakan ke kakak. Namun, ternyata si kakak belum paham konsep mengalah. Dan akhirnya saling kekeh berebutan dan adiknya menangis. 


Kata-kata penyemangat apa yang ingin aku berikan pada diri sendiri :

Alhamdulillah..sangat bersyukur karena saya masih bisa mengendalikan diri untuk tidak sampai marah sama anak.

Alhamdulillah…saya tidak jadi mengomel sama anak-anak.

Alhamdulillah..saya sadar ketika saya sudah mulai menaikkan oktaf suara saya lalu saya minta maaf dan memeluk anak-anak.

Alhamdulillah..saya bisa mengembalikan mood keceriaan anak-anak kembali dan tertawa bersama lagi setelah selesai acara playdate.

Good Job..ini salah kebaikan yang saya dapat hari ini. Semoga esok hari dan seterusnya, saya bisa tetap bisa mengendalikan diri, lebih calm dan kooperatif dengan emosi saya sendiri maupun saat menghadapi emosi anak-anak.



Insight yang saya dapatkan setelah melakukan identifikasi emosi yang terjadi pada diri saya hari ini :

Pertama, setelah saya mengidentifikasi emosi yang terjadi pada hari ini lalu menuliskan dalam jurnal emosi, saya merasa lega. Dan ternyata saya bisa tertawa dan geli sendiri membaca lagi jurnal emosi saya sendiri. Ternyata segala sesuatu yang sudah kita rasakan baik itu emosi atau hal-hal yang sudah terjadi, akan membuat diri saya berefleksi diri dan sadar dengan apa yang sudah saya lakukan.

Kedua, insight yang saya dapatkan yaitu saya sadar dengan apa yang terjadi pada emosi saya hari ini. Dari sini saya belajar, jika besok atau entah kapan lagi saya bertemu dengan situasi yang sama maka saya akan paham seharusnya apa yang akan saya lakukan. Saya tidak lagi melakukan respon yang reaktif terhadap anak-anak. Saya lebih sadar lagi dengan respon seperti apa yang akan saya berikan pada anak-anak.


Alhamdulillah, jurnal emosi hari ke-5 sudah diselesaikan. Welldone..MasyaAllah 😍😍


Bismillah..bersiap menuju tantangan hari berikutnya 💪

Semoga Allah memberikan kemudahan..aamiin 🤲🏻


Sabtu, 19 Maret 2023

18.46

Sabtu, 18 Maret 2023

Bunda Sayang : Zona 1

 Tantangan Hari Ke-4 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Tibalah saatnya berlanjut menuju tantangan hari ke-4  zona 1 Bunda Sayang. Kali ini kami ditantang untuk 'berbicara' dengan diri kita pribadi. Mengingat dan menuliskan hal baik yang saya pelajari dalam pekan ini. Menulis surat untuk diri saya sendiri (untuk saat dan untuk nanti). Lalu membacakan surat tersebut di depan kaca. Kemudian ceritakan setelah menulis surat untuk diri sendiri dan membacanya di depan cermin. 



Pertama, Hal Baik Yang Saya Pelajari Dalam Pekan Ini

Banyak hal yang selalu dapat kita pelajari dari setiap jengkal perjalanan hidup yang sudah terlewati. Bahkan kita pun dapat belajar dari sehelai daun yang telah jatuh ke tanah. Iya, Allah selalu menghadirkan banyak hikmah sebagai pembelajaran yang berharga untuk diri kita. 

Salah satu hal baik yang saya pelajari dalam pekan ini yaitu bersama teman-teman di kelas bunda sayang batch #8 untuk lebih mengenali diri, lebih aware terhadap diri kita. 

Dari self awareness ini saya belajar bagaimana saya mengenal lalu menerima perasaan dan emosi yang terjadi dalam diri saya. Kemudian meyakinkan pada diri saya 'boleh kok aku marah, boleh kok aku sedih dan menangis, boleh kok aku merasa takut. Tetapi yang terpenting tidak menyalurkan segala emosi pada orang-orang disekitarmu. Penuhi kebutuhanmu sendiri, dan terima segala rasa dan emosi yang kamu alami saat itu maka aku akan bahagia menjalaninya'. 

Dari self awareness ini, saya belajar menerima versi terbaik diri saya. Tidak lagi membandingkan lagi diriku dengan orang lain sebab setiap dari kita memiliki ideal self dan real self yang berbeda. Tidak menurunkan standar dari tujuan hidup yang sudah kita miliki tetapi tidak pula mengesampingkan realita kehidupan yang kadang mengejutkan. Tetapi berusaha untuk menyeimbangkan, ada kalanya harus berjalan lebih cepat tetapi ada kalanya memperlambat laju demi melihat kondisi hati dan diri saya pribadi. 

Bersyukur sekali dalam pekan ini saya bisa belajar self awareness. Dari self awareness ini akhirnya dalam pekan ini saya bisa mengatasi burn out yang saya alami di pekan ini. Pekan ini terasa sangat padat amanah dan tugas, baik yang di domestik maupun ranah publik. Saya sampai kebingungan mau mengerjakan yang mana dulu dan merasa sangat lelah. Sebelum-sebelumnya, ketika saya sudah lelah saya akan benar-benar 'menghilang' dari semua amanah. Tetapi ternyata saya sadar ini bisa menzalimi orang lain. 

Kemarin, setelah saya merasa kelelahan dengan semua tugas dan amanah lalu saya bilang ke suami "Abi, umi lagi burn out". Sebetulnya kalimat pernyataan saya ke beliau ambigu sebab saya tidak menceritakan kenapa saya merasa burnout. Tetapi beliau memberikan advice pada diri saya dan memberikan dukungan pada diri saya.

Tetapi setelah saya menyadari jika saya sedang burn out dan merasa kelelahan lalu ingin berhenti. Ada rasa kelegaan setelah saya menyampaikan pada suami. Ternyata setelah saya sadar dan menerima kondisi saya, lalu saya hanya butuh bantuan orang lain dalam hal ini suami saya untuk memvalidasi kondisi saya dan mendapatkan support dari beliau. Alhamdulillah, self awareness membantu saya untuk mengurai satu per satu yang memenuhi kepala dan perasaan saya yang membuat saya lelah dan berhenti. 


Kedua, Surat Untuk Diriku Saat Ini dan Untuk Nanti

Bismillahirrohmanirrohim


Hai aku…

apa kabarmu hari ini?

Semoga kamu sehat dan selalu bahagia menghadapi setiap hari-harimu yah

Sini..sini..mari ku peluk dirimu untuk saling menyalurkan energi positif dan saling menguatkan


Hai aku…

Pertama-pertama maafkanlah dirimu terlebih dahulu ya, meski cukup berat bukan?

Iya, kamu sering merasa bersalah jika engkau marah

Kamu sering merasa menjadi pihak yang selalu disalahkan atas segala kondisi tentang anak-anakmu, rumahmu, suamimu bahkan mungkin juga amanahmu diluar sana

Maaf..kata pertama yang harus kau ucapkan pada dirimu agar kamu merasa lega

Terima saja dulu kondisinya lalu katakan maaf pada dirimu


Hai aku…

Terima kasih ya..

Kamu sudah berjuang menjadi istri yang baik untuk suamimu

Kamu sudah berjuang untuk melayani suamimu dengan baik

Kamu sudah berjuang untuk taat pada suami

Kamu sudah berjuang untuk mendukung segala sesuatu yang menjadi tujuan baik dari suamimu

Terima kasih ya…

Kamu sungguh hebat..peluk erat yuk


Hai aku

Terima kasih ya..

Kamu sudah berjuang menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu

Kamu sudah menjadi ibu yang menyayangi anak-anakmu dengan sepenuh hati dan jiwa

Kamu sudah bertaruh nyawa demi melahirkan anak-anakmu

Kamu sudah mengorbankan waktu dan tenaga untuk merawat, mendidik dan mengasuh anak-anakmu

Sekali lagi..terima kasih ya..

Kamu sungguh hebat..peluk erat lagi yuk


Hai aku

Terima kasih ya..

Kamu sudah berjuang untuk menjadi wanita berdaya, wanita yang tidak hanya bermanfaat untuk suami, anak dan keluarga tetapi kamu juga berupaya menjadi bermanfaat untuk orang lain

Kamu sudah berjuang untuk memenuhi semua amanahmu diluar sana

Kamu sudah berjuang untuk menjadi ibu pembelajar sejati 

Kamu sudah berjuang untuk berkarya  sebagai salah satu upaya mendulang banyak pahala

Sekali lagi..terima kasih ya..

Kamu sungguh hebat..mari peluk erat kembali


Hai aku..

Mungkin kamu lelah ya..

Atau mungkin kamu terkadang sedih..

Atau mungkin kamu jenuh..

Itu tak apa..itu wajar..

Menangislah jika kamu ingin menangis

Marahlah jika kamu ingin marah

Mengeluhlah jika kamu merasa jenuh

Tetapi sadarilah..marahmu, tangismu, keluh kesahmu..jangan sampai terlampiaskan pada orang-orang di sekitarmu

Mengadulah pada-Nya

Sebab Dia lah sebaik-sebaik tempat bercerita dan menggantungkan segala kondisimu


Hai aku..

Terima kasih ya untuk segala hal yang sudah kau lalui kemarin dan saat ini

Terima kasih ya untuk siap menghadapi segala hal yang akan kau hadapi nanti


Hai aku…

Tetap kuat dan menjadi hebat ya..

Tetap bahagia ya

Dan jangan lupa untuk bersyukur atas setiap hal yang sudah kau terima dan kau alami


Hai aku..

semangat ya..

Surga menantimu dengan segala lelah letih yang kau alami

Pahala mengalir deras dengan segala keikhlasanmu

Mintalah pada-Nya

Mengharaplah pada ridho-Nya


Dengan Sepenuh Cinta

Untukmu aku

Semarang, 18 Maret 2023

16.42




Ketiga, Ceritakan, setelah membacakan surat untuk diriku di depan cermin

Awalnya ketika membacakan, terasa hati saya menjadi berdebar-debar. Seolah saya sedang berbicara dengan orang lain. Ah, tapi tak terasa..saya menangis, terharu dan lega. Ternyata, terkadang kita hanya butuh mengungkapkan agar perasaan tidak tersumbat, agar pikiran tidak merasa penat. Mengakui, menuliskan dan melisankan didepan diri sendiri sungguh membuat saya kembali lebih fresh dan tenang. Ternyata apresiasi dalam bentuk ucapan terima kasih yang dilisankan secara verbal pada diri sendiri itu sangat melegakan.


Baiklah..tugas tantangan hari ke-4 sudah diselesaikan dengan penuh suka cita. Bismillah, bersiap menuju tantangan berikutnya 🤗♥️


#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023




Jumat, 17 Maret 2023

Bunda Sayang Batch 8 : Zona 1 (Self Awareness)

 Tantangan Hari Ke-3 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Tantangan hari pertama dan kedua telah ditunaikan. Kini saatnya berlanjut menuju tantangan hari ke 3 zona 1 Bunda Sayang. Kali ini kami ditantang untuk mengingat dan menceritakan kembali apa yang sering dikatakan oleh circle terdekat pada diri kita. Mulai dari suami, saudara, teman dan anak-anak. 




Pertama, Apa yang pasanganmu sering katakan tentang dirimu?

Saya dulu dipertemukan oleh Allah dalam waktu yang sangat singkat. Hanya dua pekan proses kami sejak saya menerima proposal beliau lalu ta'aruf, khitbah lalu ijab. Tentu proses pengenalan karakter satu sama lain terus berjalan sampai saat ini. Kami yang berbeda jurusan dan bahkan universitas. Alhamdulillah, kami lahir ditahun yang sama, mungkin sebab itu adaptasi kami dimudahkan oleh Allah. Usia yang hanya terpaut satu bulan membuat kami jauh lebih mudah untuk saling bercerita.

Awal pernikahan kami, saat itu saya masih kerja dan beliau sebetulnya memberikan izin pada saya untuk bekerja di ranah publik. Namun, sepanjang diskusi kami, saya ingat sekali beliau selalu mengajak ngobrol saya tentang peran ibu sebagai madrasah utama bagi anak-anaknya. Bahkan beberapa rekomendasi ceramah ustadz berkaitan tema tersebut beliau berikan pada saya. 

Tanpa saya sadari, ternyata dari seringnya diskusi kami tersebut merubah pola pikir saya. Hingga akhirnya saya mantap memutuskan untuk resign dari tempat ranah publik ke ranah domestik. Meskipun secara tersurat suami saya tidak pernah meminta saya untuk berhenti bekerja tetapi justru cara beliau mengajak diskusi dan sering ngobrol yang kemudian dengan sendirinya saya membuat keputusan yang mantap tanpa paksaan. Dan saya bahagia menjalani keputusan saya sejak awal. 

Bahkan beliau yang kemudian mensupport saya untuk tetap bisa berkarya meski saya seorang ibu rumah tangga. Seingat saya, beliau tidak pernah melarang saya ikut kelas belajar apapun yang hendak saya ikut sekalipun harus membayar mahal. Seingat saya, setiap kali ada amanah beliau yang hadir mensupport saya agar saya tetap bisa berdaya dengan amanah saya. Menawarkan diri untuk mengasuh anak-anak ketika saya kegiatan diluar. Terakhir beliau yang awalnya gamang ketika saya harus menerima amanah menjadi kepala sekolah TPQ di komplek perumahan tetapi justru kemudian beliau meyakinkan saya untuk menerima amanah tersebut sembari bilang ke saya "Umi, kesempatan kebaikan itu terkadang tidak hadir dua kali. Segera Umi jemput pahala kebaikan itu, niatkan untuk bermanfaat bagi orang lain. InsyaAllah abi, ridho, abi dukung umi". MasyaAllah… ♥️

Suami saya juga menjadi yang pertama menguatkan saya ketika terkadang saya minder menjadi seorang IRT. Beliau yang selalu bilang ke saya dengan lembut "surga untuk Umi kelak InsyaAllah, karena Abi ridha sama umi".

Allahu Akbar..tiada yg lebih menguatkan selain kata ridho dari suami dan juga ridho Allah. 

Semoga Allah lindungi kami, keluarga kami hingga kelak kami dikumpulkan di Jannah-Nya. 

Semoga Allah lindungi kami dari segala fitnah dunia dan akhirat.

Semoga Allah mampukan kami mendidik dan mengasuh anak-anak kami pada jalan kebaikan, jalan yang mendapatkan ridho dari Sang Maha Kuasa.


Kedua, Apa yang saudaramu sering katakan tentang dirimu?

Untuk pertanyaan ini saya belum bisa menjawab. Jujur, kedekatan saya dengan adik kandung laki-laki saya kurang begitu tertaut. Mungkin karena sejak SMP sampai kuliah saya kost dan hanya ketemu adik sepekan sekali sehingga kami jarang ngobrol dengan intens. Bahkan sejak bapak dan ibu saya berpisah, adik saya cenderung menjadi anak yang sangat pendiam dan jarang sekali ngomong. Tetapi dia pernah bilang ke saya "Mbak itu kadang kelihatan galak tapi aku tahu kok, mba begitu juga karena mbak sayang sama aku".


Ketiga, Apa yang temanmu sering katakan tentang dirimu?

Berbicara teman, sebetulnya lingkar pertemanan saya setelah menikah semakin berkurang bahkan bisa dihitung dengan jari. Maka yang saya maksud teman disini mungkin bisa berarti tetangga atau orang-orang yang sering kali berinteraksi dengan saya.

Sebagian besar dari mereka, saat melihat saya untuk pertama kali, mereka akan bilang jika saya orangnya pendiam, kaku dan tegas. Ah, tetapi ternyata mereka salah sangka. Setelah sering cukup berinteraksi dengan saya mereka akan bilang "walah..ternyata kamu itu orangnya cerewet yah, suka bercanda dan asyik diajak ngobrol. Ternyata kesan pertamamu penuh tipuan". 

Sebagian ada yang mengira kalau saya lulusan guru paud atau TK karena mungkin saya cukup dekat dengan anak-anak dan sering mengunggah aktivitas bermain saya dengan anak-anak.


Keempat, Apa yang anakmu sering katakan tentang dirimu?

MasyaAllah..menceritakan tentang mereka justru membuat saya berkaca-kaca. 😭

SiMas..yang tak terasa kini usianya hampir tujuh tahun. Ia sudah pandai mengungkapkan perasaannya pada saya. Kadang ia dengan lugas bilang "Mas itu sedih kalau lihat umi kadang marah"

Astaghfirullah..maafkan umi yah Mas yang terkadang kelepasan bentak Mas atau marah ke Mas dan adik 😭

Simas juga kadang tak segan memuji "Umi, masakan umi itu enak loh. Mas suka banget". Padahal kemampuan masak saya juga masih jauh dari bisa. Tetapi karena mereka saya belajar untuk bisa memasak. 

SiMas yang tak segan bilang "Makasih yah umi, udah ajak mas jalan-jalan, ajak mas main, udah belikan mas mainan dan buku".

MasyaAllah..terima kasih yah Mas 🥰

Si Adik yang usianya juga hampir genap tiga tahun. Meski ia belum bisa terlalu jelas mengungkapkan perasaannya. Tetapi banyak hal yang sering membuat saya terhenyak dari mulut kecilnya.

"Umi, adik minta maaf yah umi"

Itulah kalimat yang sering diucapkan pada saya ketika adik tahu kalau saya kadang hampir marah sama dia.

"Umi, adek sayang umi"

Kalimat yang tidak lupa ia sering ucapkan secara tiba-tiba sembari memeluk dan mencium saya. 


MasyaAllah..ternyata mengingat apa-apa yang sering dikatakan lingkaran terdekat pada diri kita, membuat saya seperti sedang berkaca. 

"Hei..itulah kamu dimata orang lain. Apa yang kamu lakukan, sikap apa yang kamu tunjukkan selama ini, itulah dirimu".


Menceritakan apa yang sering mereka katakan tentang saya bukan berarti saya sedang ujub. Tetapi salah satu ikhtiar saya untuk mengenali diri saya melalui cerminan diri saya yang ditangkap oleh orang lain. 


Semarang, 17 Maret 2023

20.54


#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023


Kamis, 16 Maret 2023

Bunda Sayang : Zona 1

 Tantangan Hari Ke-2 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Tantangan hari pertama telah ditunaikan. Kini saatnya berlanjut menuju tantangan hari ke 2 zona 1 Bunda Sayang. Kali ini kami ditantang untuk mengingat dan menceritakan kembali apa yang sering ayah dan ibu katakan sewaktu saya masih kecil. 



Deg..tetiba hatiku berdebar ketika pertama kali membaca info tantangan ini di WAG. Tetiba tak terasa bulir-bulir jernih itu jatuh tanpa meminta persetujuan sang pemiliknya. Rol film dokumenter yang sejak lama tersimpan dalam memori pribadi, seakan harus saya paksa untuk diputar kembali. Menyelami setiap fasenya. Sejujurnya mengingatnya membuat saya harus kembali melihat sebuah kekecewaan dan kesedihan yang selama ini berusaha saya kunci rapat. 


Awalnya saya ragu, apakah benar-benar saya akan menulisnya di blog?Menurut saya ini terlalu privasi untuk dibaca oleh orang lain. Berkali-kali saya sempat menunda untuk menuliskan. Bahkan ketika setiap frasanya sudah terangkai, saya masih berulang kali menilik kembali tulisan saya. 


Akhirnya saya memantapkan diri dan berbekal bismillah, saya goreskan di dalam blog. Saya meyakini setiap dari kita memiliki kisah pengalaman masa kecil yang tak sama. Menulis jurnal ini bukan dalam rangka berbagga tentang kebaikan atau meratapi setiap hal yang telah terlewati. Tetapi yang pasti akan banyak pulungan hikmah yang bisa saya dapat setelah merangkai setiap huruf demi hurufnya. 


Masa kecil saya kurang lebih sama dengan anak-anak pada umumnya hingga saya duduk di bangku merah putih. Tinggal bersama bapak dan ibu yang penuh kasih sayang. Bahkan saya masih ingat sekali, saya dulu termasuk anak yang sangat dekat dengan bapak. Satu momen yang saya ingat, ketika itu kami belum punya kendaraan mesin roda dua. Sepeda adalah satu-satunya yang kami miliki. Bapak..beliau yang selalu mengajak saya keliling naik sepeda. Meski tidak banyak bicara tetapi itulah salah satu kasih sayang yang beliau tunjukkan padaku. Bapak..beliau adalah orang yang tegas dan disiplin, beliau tidak akan mengizinkan saya main atau nonton televisi sebelum saya selesai mengerjakan PR. Tetapi beliau tak segan memberikan pujian pada saya ketika penerimaan raport tiba waktunya. Bahkan hampir semua ingin yang saya minta beliau penuhi. Beliau yang selalu mendukung kondisi akademik saya waktu itu dan selalu mendukung saya untuk ikut banyak lomba dan masuk disekolah favorit. 


Ibu..sosok yang tegas seperti bapak namun ketegasannya dibalut dengan kelembutan. Belum pernah aku menerima bentakan beliau saat kecil. Mungkin justru aku yang sering berulah dan membuat membuat beliau geleng-geleng kepala. Ibu..sosok yang selalu khawatir dengan kondisi kesehatanku. Iya, sedari bayi saya termasuk yang sering sakit. Dan Ibu..selalu menjadi yang pertama khawatir. Terkadang ada beberapa hal yang tidak boleh saya lakukan demi menjaga kesehatan. 


Lalu..semua keadaan berubah saat saya mulai duduk dibangku putih biru. Karena kondisi ekonomi keluarga kami saat itu kurang baik, pada akhirnya Ibu membantu bapak menghidupi keluarga. Ibu rela menjadi seorang TKI demi kondisi ekonomi keluarga kami membaik.


Berawal dari itulah..kondisi keluarga kami berubah. Hadirnya ujian orang ketiga dalam keluarga kami  setelah Ibu membanting tulang menjadi TKI. Justru bapak, mengkhianati. Bapak yang dulu saya kenal begitu perhatian dan mendukung saya, sikapnya berubah pada saya. Beliau sering berkata kasar bahkan saya ingat satu kali pukulan pernah mendarat di pipiku. Entahlah, sejak kehadiran orang ketiga, bapak menjadi lebih temperamental.


Sedihnya..setelah dua tahun menjadi TKI, ibu saya pulang. Dan resmilah saya memiliki keluarga broken home. Iya, bapak dan ibu saya bercerai. Saat itu, saya baru akan menjajaki dunia putih abu-abu.


Kasih sayang ibu tak pernah berbeda sejak awal. Meski beliau harus menjadi tulang punggung keluarga pasca bapak dan ibu bercerai. Meski ibu terlihat tegar tapi saya bisa membaca banyak kesedihan dan kekecewaan yang beliau alami. Ibu yang harus berperan ganda, menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Saya tak lagi merasakan didikan dan asuhan bapak setelah mereka berpisah. Satu-satunya hanya Ibu yang mengasuh, mendidik dan membiayai saya hingga saya lulus kuliah. Ibulah yang menempa saya menjadi perempuan yang mandiri dan kuat hingga saat ini. Sebab, saya sudah kehilangan sosok ayah. Dan sejak saat itu pula, benih kekecewaan terhadap bapak sudah tertanam dalam diri saya. Bahkan dulu sempat membuat saya trauma. 


Saat kuliah semester 4, akhirnya ibu menemukan sosok belahan jiwanya. Saya resmi mendapatkan sosok ayam kembali. MasyaAllah..rasanya tidak hanya ibu yang menemukan kebahagiaan tetapi sosok ayah yang saya damba, Allah kirimkan pada saya melalui ayah sambung saya. Bapak sambung saya, penuh dengan kelembutan mendidik saya. Beliau adalah pendengar yang baik dan menjadi teman ngobrol dan diskusi untuk saya. Beliau yang rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan harta agar saya bisa lulus kuliah tepat waktu dan bisa mendapatkan pekerjaan. Meskipun saya bukan anak kandung beliau tetapi beliau mendidik saya seperti anaknya sendiri. 


Kini, saya telah berkeluarga dan memiliki anak. Menuliskan pengalaman masa kecil, sejenak membuat saya terhenyak. 


'Memori apakah yang saya ciptakan bersama anak-anak saat ini?Apakah mereka akan mengingatnya kelak ketika saya pernah keceplosan membentak mereka?'


Astaghfirullah..ampuni saya ya Rabb 🤲🏻😭


Mampukan kami menjadi orang tua yang mampu mendidik, merawat dan mengasuh mereka dengan baik. 


Mampukan kami memberikan bekal terbaik untuk akhiratnya kelak.


Mampukan kami menciptakan memori indah dan bahagia bersama mereka yang kelak akan mereka putar kembali setelah dewasa. 


Mampukan kami dan pahamkan kami akan Ilmu-Mu dalam mendidik dan mengasuh anak-anak kami.


Benarlah..tantangan hari kedua ini tidak hanya membuat saya berurai air mata tetapi menjadi momen refleksi bagi diri saya pribadi.


Sekali lagi..disclaimer dari saya : cerita pengalaman ini saya tulis bukan dalam rangka mencari pembenaran tetapi ini menjadi salah satu langkah untuk mengenali diri saya dan mengambil hikmah yang penuh berkah Insya Allah 🤗


Semarang, 16 Maret 2023

14.30


#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023


Rabu, 15 Maret 2023

Bunda Sayang Batch 8 : Zona 1

 Tantangan Hari Ke-1 Zona 1 

Oleh Nur Khayati IP Semarang


Bismillahirrohmanirrohim


MasyaAllah..tibalah saatnya memulai perjalanan saya di kelas bunda sayang batch 8 Institut Ibu Profesional.


Senin, 13 Maret kami mendapatkan bekal materi dari Mba Nugraheni Ariati, MPSI atau akrab disapa oleh Mba Nuni. Materi yang dibawakan mengenai "Self Awareness : Mengenali Diriku, Mempengaruhi Cara Pengasuhanku. Ketika pertama kali flyer dirilis oleh tim bunda sayang di FBG, saya sudah sangat antusias untuk mengikuti. "Ini yang sedang saya butuhkan saat ini,"ucap saya dalam hati. 


Meskipun saya tidak hadir saat live dan hanya menyimak materi melalui rekaman tetapi tidak sedikitpun mengurangi esensi materi yang Mba Nuni sampaikan. Entahlah, saya merasa ada energi positif uang mengalir dalam diri saya ketika Mbak Nuni menyampaikan materi. MasyaAllah..materi yang membuat saya berkaca-kaca, mengulik lalu memutar kembali memori dalam kepala saya. 


Benarlah jika selama ini saya merasa mudah lelah dan reaktif karena ideal self dan real self saya mengalami ketimpangan sehingga terjadilah incongruent. Ekspektasi yang saya tetap kadang terlalu tinggi tetapi saya tidak melihat kembali realita yang sedang saya hadapi. 


Lalu, muncul dalam benak saya…


'Apakah selama ini saya benar-benar telah mengenali diri saya?Bagaimana kondisi ideal self dan real self yang selama ini terjadi?Bagaimana saya menyeimbangkan keduanya?'


Baiklah mari menyelami dan kembali mengenali diri saya lebih dalam agar saya bisa nyaman, saya bisa bahagia, saya tahu kondisi emosi saya, saya tahu kapan saya berhenti dan sejenak menengok kembali apa yang sudah terjadi. Sebab semua ini akan berdampak pada cara pengasuhan saya pada anak-anak. 


Selama 14 hari kedepan, semoga saya menemukan menikmati prosesnya lalu perlahan menemukan jawaban atas setiap pertanyaan dalam benak saya.


Hari Pertama…

Tantangan pertama ini saya harus deep talk pada diri saya sendiri mengenal kebutuhan emosi diri. Pertanyaan yang sebetulnya terlihat sederhana tetapi ternyata saya butuh waktu cukup lama untuk menjawabnya. 



Selanjutnya saya harus menceritakan dari setiap kebutuhan emosi diri. 'Kapan saya merasa dicintai, merasa dipahami, merasa dihargai, merasa bernilai, merasa berkompeten, merasa aman, merasa diperhatikan'. Lagi-lagi..butuh berulang kali bertanya pada diri saya.



Tantangan terakhir di hari pertama zona 1, menceritakan kebalikan dari kebutuhan emosi diri. 'Kapan saya merasa tidak dicintai, merasa tidak dipahami, merasa tidak dihargai, merasa tidak bernilai, merasa tidak berkompeten, merasa tidak aman, merasa tidak diperhatikan'.


Alhamdulillah..tantangan hari pertama sudah terselesaikan. Ini adalah awal perjalanan berproses mengenali diri saya sendiri. Dari setiap tulisan yang saya goreskan ini tidak berarti saya merasa lebih baik dari yang lain sebab tentunya setiap orang memiliki kebutuhan emosi yang berbeda. Mari bermetamorfosis bersama dalam perjalanan zona pertama ini. Semangat..semangat..semoga Allah berikan kemudahan dalam setiap langkah. 

aamiin 🤲🏻


Semarang, 15 Maret 2023

15.34 WIB


#tantanganzona1

#bundasayang8

#institutibuprofesional

#ibuprofesionaluntukindonesia

#bersinergijadiinspirasi

#ip4id2023


Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2

 Tahap Kupu - Kupu : Pekan 2 Bismillahirrohmanirrohim... Nama : Nur Khayati Regu   : 10 Mikoriza Regional : Semarang MasyaAllah..tak terasa ...